Senin, 28 September 2009

DONGENG#3: KENTUT IMUT


Ikhwan cilik, Ananda benar-benar kesal hari ini. Sangat kesal! Kesal sekali! Ternyata, kejadian AMIN itu menyebar di sekolah Ananda. Semua teman-teman di sekolah ikut meledek. Bahkan ada yang memanggil Ananda Si Amin. Pasti gara-gara Farhan yang iseng nyebar cerita di sekolah. Tapi Farhan tidak mengaku. Katanya, mungkin Dika, atau juga Ipul. Ananda jadi males berteman dengan mereka. Mereka jahat sama Ananda! Ananda pun jadi malas belajar.
Saat pulang sekolah, Umi menanyakan kenapa Ananda murung, sambil Umi menaiki motor. Padahal Ananda sudah cerita kejadian AMIN itu sama Umi kemarin. “Ananda.. kenapa murung gitu, sayang? Ananda ngantuk?”
Ananda tak menjawab. Ananda yang dibonceng di belakang Umi hanya memeluk erat Umi. Umi menggeleng-gelengkan kepalanya. Sebentar lagi Ananda dan Umi sampai rumah. Di depan kami, sudah ada beberapa teman sekolah yang duluan pulang. Saat berpapasan dengan mereka, Umi pun langsung menyapa teman-teman Ananda di sekolah yang berjalan kaki.
Umi menyapa dengan salam. “Assalamu ‘Alaikum, sayang..”
Mereka menjawab serampak. “Wa ‘Alaikum salam, Bu…”
Ikhwan cilik, saat itu ada salah satu teman Ananda yang juga usil. Ia berteriak memanggil Ananda dengan sebutan Amin. Ia berteriak kencang. “AMIIIINN.. NANTI SORE MAIN SEPEDA LAGI YA!”
Teriakan itu didengar Umi. Seketika, Umi menengok ke arah Ananda. Ananda lalu memeluk Umi lagi. Ia mengangguk-angguk, lalu tersenyum.

***
Ikhwan cilik, hari ini Ananda tidak shalat di masjid sekali pun. Shalat Dzuhrur enggak, Ashar nggak, Maghrib juga nggak. Ananda lagi kesal sama Farhan dan temen-temen. Selain itu malu sama temen yang memanggil Ananda si Amin. Hari ini Ananda kayak dulu. Shalatnya sama Umi aja. Jadi sepi lagi. Nggak ada lagi suara ramai orang AMIN.
Akhirnya, Abi pulang dari masjid setelah shalat Maghrib. Abi langsung masuk ke dalam rumah dan menemui Ananda yang baru aja dinasehati Umi setelah shalat Maghrib tadi bersama Umi. Umi sekarang ngajak makan malam bareng Abi. Entah kenapa, Ananda masih malas bicara. Bahkan kalau Umi tidak memaksa makan malam bareng, Ananda mau nonton teve aja!
Abi, Umi, dan Ananda sudah duduk di depan meja makan. Umi dan Abi saling tersenyum. Umi pun bicara pelan. “Ananda… kalau Ananda murung terus, Umi sama Abi jadi sedih. Katanya Nanda nggak bakal membuat Umi sedih? Hayoo… inget, ngga?” Umi mencium pipi Ananda. Lalu menuangkan nasi untuk Abi dan Ananda.
Abi yang tersenyum menarik lengan Ananda. Abi mendudukan Ananda di pangkuannya. Abi berkata, “Abi nggak marah kok kalau Ananda tidak shalat di masjid. Tapi Abi akan marah kalau Ananda jadi anak laki-laki yang cengeng. Ananda ingetkan Nabi Ananda, Muhammad Rasulullah yang gagah perkasa dan baik hati itu bergelar apa?”
Astagfirullah! Ikhwan cilik, kenapa Ananda jadi lupa! Kenapa Ananda malu dipanggil si Amin. Bukankah Nabi Muhammad juga dipanggil Al-Amin? Al-Amin adalah orang yang terpercaya! Nabi Muhammad jujur dan baik hati. Seharusnya Ananda bangga. Untung Abi mengingatkan!
Suara Umi mengagetkan Ananda. Ternyata Ananda melamun.
Kata “Nanda… kok diem. Abi nanya tuh.. Jawab dong, sayang..”
Ananda pun menjawab. “Eh.. Iya.. gelar Rasulullah Muhammad adalah Al-Amin. Artinya jujur dan terpercaya, Abi..”
Abi tersenyum, lalu berkata. “Jadi… Ananda nggak usah malu disebut Amin. Itu kan artinya bagus sebagus Nabi Muhammad, lho..”
“Iya, Bi. Nanda nggak malu lagi, ah!” Ananda kembali bersemangat lho, Ikhwan Cilik! Abi bener-bener pintar menghibur Ananda.
Umi pun tersenyum melihat Ananda bersemangat. Umi langsung meminta Abi berdo’a sebelum makan. “Abi.. sebelum makan, berdo’a dulu yuk!”
Kepala Abi mengangguk. Ia masih memangku Ananda. Tiba-tiba Abi berbisik di telingan Ananda. “Ananda.. sepulang shalat maghrib tadi, Abi ketemu tukang bajigur. Abi sengaja beli buat Ananda. Ada pisang dan ubi rebusnya, lho.. Masih anget lagi.. Sana ambil di meja depan!”
Abi bener-bener baik. Abi tahu kalau Ananda doyan banget sama Bajigur. Soalnya anget di perut dan sehat. Apalagi ada pisang dan ubi rebusnya yang masih hangat. Seketika, Ananda langsung mengambilnya di meja depan. Setelah Abi selesai berdo’a, Ananda langsung menyantap Bajigurnya. Segar! Alhamdulillah… terimakasih atas Bajigurnya, Bi..
Sepuluh menit setelah selesai makan, Ananda lihat Abi sudah mengambil wudhu di kamar mandi. Setelah Abi keluar kamar mandi, suara adzan Isya pun berkumandang. “ALLAHU AKBARU ALLAHU AKBAR..”
“Ananda… sudah siap ke masjid?” Kata Abi menggoda.
Ananda diam sejenak. “Siapa takut, Bi!”
Alhamdulillah, Ikhwan Cilik. Ananda pun berangkat ke masjid. Yah, hari ini cuma shalat Isya saja yang berjamaah di masjid. Tapi kata Abi, nggak apa-apa. Mending sekali dari pada tidak sholat sama sekali.

***

Ikhwan Cilik, Ananda sudah siap shalat Isya. Seperti biasa Ananda berada di samping Abi. Farhan, Dika, Ipul, dan Ahmad tidak lagi meledek lho. Bahkan mereka udah baik dan minta maaf. Wah, rasanya seneng sekali mereka mau minta maaf. Mungkin mereka takut kali ya. Soalnya ada Abi di samping Ananda. Kalau nggak ada Abi, mungkin mereka meledek lagi.
Shalat sudah dimulai. Ananda tidak lagi teriak AMIN sendirian, tapi bareng orang-orang. Tapi, tiba-tiba saja ada masalah saat satu rakaat lagi hendak salam. Aduh! Kenapa ini? Kok tiba-tiba perut Ananda mules. Rasanya ada yang mau keluar. Gawat, Ananda pengen kentut! Tapi kata Umi, kalau kentut shalatnya bisa batal dan harus wudhu lagi. Gimana ini? Mana mungkin Ananda berhenti dan keluar melangkahi barisan orang-orang di belakang Ananda. Entar Abi marah, karena Ananda tidak sopan. Ditahan saja, ah. Kan sebentar lagi juga salam. Tapi, Ikhwan cilik… Ananda saat itu udah bener-bener nggak kuat nahan. Udah kebelet, nih! Ayo dong Pak Imam cepetan salamnya!
Ananda sudah duduk tahiyyat akhir. Sebentar lagi salam. Ananda sudah gelisah. Ananda juga sudah memegangi tangan Abi. Ananda meringis. Tapi Ananda gagal menahan kebelet kentut, Ikhwan Cilik..
“Tuuuuuttt….” Begitulah kira-kira suaranya. Mungkin karena terlalu lama ditahan, jadinya bunyi kentut Ananda kecil tapi panjaaaaaaaang banget! Mana suara orang-orang lagi sepi, karena sudah tidak membaca apa-apa. Hanya menunggu aba-aba salam dari Imam.
He.. he jadi malu sama Ikhwan Cilik juga. Ini gara-gara Bajigur dan ubi rebusnya yang Ananda makan tadi.
Setelah itu, lagi-lagi Farhan yang lebih dulu tertawa kencang. “HA! HA! HA!” Tapi langsung diam karena mulutnya ditutup Abinya Farhan.
Tak lama kemudian disusul Dika, Ipul, dan Ahmad yang terdengar menahan tawa. Abi langsung mendudukan Ananda di pangkuannya. Lalu berbisik, “Nggak apa-apa, sayang. Nanda ingetkan dongeng Umi tentang orang raja kaya yang sakit gara-gara tidak bisa kentut?”
Ananda mengangguk. Tapi perlahan Ananda menangis. Abi langsung menggendong Ananda hingga ke rumah.

***

Lagi-lagi Umi dan Abi kerepotan membujuk Ananda agar tidak merasa malu. Umi pun mendongengkan kembali tentang si raja kaya yang sakit gara-gara tidak bisa kentut. Sementara Abi keluar kamar. Soalnya Ananda denger suara orang mengucap salam di luar. Mungkin ada tamu..
Umi memulai ceritanya sambil mendekap Ananda. “Suatu hari ada seorang raja yang kaya raya namun sangat pelit. Tubuhnya sangat gendut, karena segala makanan apa saja disantapnya. Ia tidak peduli dengan rakyatnya yang hanya makan kentang dan umbi-umbian lainnya.
Suatu ketika terdengarlah kabar kalau sang raja sedang menderita sakit gara-gara tidak bisa kentut. Sang Raja selalu menangis setiap hari karena merasakan sakit di perutnya. Konon seluruh dokter dari berbagai daerah telah dikerahkan untuk mengobatinya. Namun semuanya gagal. Tak ada yang bisa menyembuhkan penyakit sang raja pelit itu. Hingga terdengarlah kabar kalau di sebuah desa ada seorang pemuda miskin yang dijuluki si raja kentut. Pemuda itu pun langsung dijemput oleh pegawai kerajaan untuk diminta mengobati makanan. Sesampainya di istana, si pemuda tidak melakukan apa-apa. Ia malah asyik menyantap makanan kerajaan yang serba mewah dan lezat. Sang raja pun marah besar karena pemuda itu menghabiskan makanannya. Namun si pemuda mengatakan, begitulah caranya mengobati sang raja. Kata si pemuda, ‘Insya Allah baginda akan sembuh dengan syarat baginda mau saling bertukar makanan dengan rakyat baginda. Baginda memberi makanan baginda kepada rakyat, dan rakyat memberikan makanannya kepada baginda.’ Akhirnya sang raja pun menyetujuinya. Diserahkanlah kepada si pemuda itu segala makanan lezat dari istana dan dibungkus rapih. Lalu si pemuda pun memberikan kentang, ubi, dan singkong yang sudah direbusnya di rumah, kepada sang raja. Lalu sang raja pun memakannya perlahan. Sungguh ajaib! Atas izin Allah, tak lama kemudian terdengar suara kentut si raja yang keluar nyaring dan berkali-kali. Suaranya seperti ban mobil yang kempes. ‘BUSSSHHHHHHHHHH…. BUSSSHHHHHHHHHHHH… BUSSHHHHHHHH…’ seketika si pemuda kabur gara-gara bau kentut raja, sambil membawa makanan istana untuk dibagikan kepada rakyat. Sejak saat itu, sang raja sembuh dan tidak lagi pelit kepada rakyat.”
Umi menyelesaikan dongengnya saat Ananda mulai memejamkan mata.
Terimakasih Umi atas dongengnya. Tapi kalau boleh, besok Ananda tidak masuk sekolah dulu ya..? Ananda malu diketawain temen-temen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar