Minggu, 27 September 2009

PENULIS KOMEDI TAK HARUS BANYAK NGOCOL


Saat launching novel Slonong Boy Millionaire di Rumah Dunia beberapa bulan lalu, ada salah satu penanya yang membuat saya geli. Karena dia kebetulan dia kenal dengan saya, maka inilah pertanyaannya; Langlang itu orangnya pendiam, bagaimana caranya bisa membuat novel komedi? Dan sekarang, setelah beberapa teman lainnya sudah mendapatkan novel itu, mereka juga bertanya dengan pertanyaan yang sama; saya pendiam, tapi bisa menulis komedi.
Jawabannya saya sederhana sekali. Belajar. Yah, segalanya bisa dipelajari. Saya belajar menulis cerita berbau komedi. Caranya dengan apa? Saya harus lebih banyak baca buku novelis komedi terkenal semisal Mas Boim Lebon dan Hilman Lupus. Selain itu saya juga melakukan riset data-data konyol yang sebenarnya sudah bertebaran di dunia maya. Saya tinggal mengolah dan menyelipaknya dalam setiap dialog karakter yang saya ciptakan. Sampai di sana menulis komedi sangtalah mudah. Namun persoalan lain muncul. Apakah benar novel ini akan membuat orang ketawa? Ini juga hal yang membuat saya jiper dan minder. Maka saya pun berinisiatif melakukan uji coba. Karena saya tinggal di Rumah Dunia, maka saya pun meminta beberapa relawan Rumah Dunia untuk membaca satu halaman pertama. Biasanya saya pura-pura ke kamar kecil, padahal saya mengintip. Aha! Ternyata dia ketawa. Saya pun semangat. Satu uji coba tidak cukup. Maka saya pun mencobanya pada relawan Rumah Dunia yang lain. Ternyata hasilnya sama, meski ada yang hanya mesam-mesem. Maka, bismillah, dikebutlah naskah Slonong Boy.
Nah, kembali ke masalah apakah penulis komedi haruslah mempunyai karakter yang ngocol juga? Saya pikir tidaklah. Toh dunia novel komedi indonesia sudah membuktikan dengan sosok Hilman "Lupus" Hariwijaya yang aslinya tampak cool dan adem ayem, tidak seperti sohibnya, Mas Boim, yang "ganjen"nya nggak ketulungan. He he..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar