Senin, 28 September 2009

DONGENG#4: PIPIS ON THE MORNING


Hari ini hari sabtu. Ikhwan cilik, sudah dua hari ini Ananda tidak masuk sekolah. Ananda juga di rumah saja. Tidak pergi ke mana-mana. Alhamdulillah, Abi dan Umi sama sekali tidak marah. Bahkan Abi mengizinkan Ananda tidak sekolah sampai Ananda siap. Asalkan Ananda mau belajar sama Umi di rumah. Tapi lama-lama kasihan juga sama Umi. Gara-gara Ananda tidak sekolah, Umi pun juga tidak mengajar. Katanya, Umi khawatir kalau Ananda diitinggal sendiri di rumah. Takut Ananda kenapa-kenapa. Selain itu, Ananda sudah tidak lagi shalat di masjid. Meski Ahmad dan Dika pernah mengajak Ananda. Katanya, temen-temen di sekolah juga tidak tahu kok soal kentutnya Ananda. Tapi Ananda tetap tidak percaya. Soalnya Farhan itu rewel. Suka cerita-cerita keburukan temen aja!
Hari sudah malam. Baru saja Abi pulang dari masjid untuk shalat Isya. Tidak seperti biasanya, Ananda lihat Abi sudah siap-siap berangkat lagi. Ananda yang sedang nonton serial binatang-binatang di teve bersama Umi, bangkit dan menghampiri Abi.
Kata Ananda, “Abi mau ke mana lagi?”
“Mau ke rumah Pak Budi, sayang. Menengok Abinya Farhan. Nanda di rumah saja ya.. temenin Umi.” kata Abi sambil mengenakan jaket.
“Emang Abinya Farhan kenapa, Abi?” Tanya Ananda penasaran.
“Kata bapak-bapak di masjid tadi, Abinya Farhan sedang sakit. Jadi Abi mau nengok ke Abinya Farhan,” kata Abi.
“Emang Abinya Farhan sakit apa, Bi?” Tanyaku lagi.
“Abi belum tau sayang.. makanya Abi pengen nengok.. udah, ya. Abi berangkat dulu..” jawab Abi sambil mencium Ananda.
“Bi.. Ananda boleh ikut? Ananda mau ketemu Farhan. Kasihan Farhan ya, Bi..” Pinta Ananda pada Abi.
Sejenak, Abi tidak menjawab. Abi melirik Umi. Umi tersenyum dan segera memakai jaket Umi. Lalu Umi juga mengambil jaket di kamar Ananda dan segera memakaikannya pada Ananda.
Kata Umi, “ya sudah… kita ramai-ramai ke rumah Farhan, yuk!”
“HOREE!!!” teriak Ananda kegirangan.
Akhirnya, setelah mematikan televisi dan memeriksa keamanan rumah, Umi, Abi, dan Ananda pun berangkat ke rumah Farhan.

***

Kami sudah sampai di rumah Farhan. Di rumah Farhan banyak sekali orang. Kata Abi, Abinya Farhan baru saja pulang dari rumah sakit. Abinya Farhan sakit kencing manis. Ikhwan cilik, kasihan Farhan, ya..
Abi dan Umi masuk. Uminya Farhan menyambut kami. Kami disuruh masuk ke dalam kamar Abinya Farhan. Tapi sedari tadi Ananda tidak melihat Farhan. Ke mana dia, ya? Tak lama kemudian Farhan datang. Ternyata dia baru saja dari warung. Farhan memang suka jajan, Ikhwan Cilik. Padahal tubuhnya udah hampir gemuk. Farhan tersenyum melihat Ananda. Kemudian Abi dan Umi menyuruh Ananda agar main bareng sama Farhan. Mereka mau ngobrol sama Abi dan Uminya Farhan. Ananda pun tak bisa menolak, saat Farhan menarik tangan Ananda. Farhan menunjukan segala mainanannya. Ada aneka robotan, mobil Tamiya, kaset PS, dan banyak lagi. Farhan sok pamer di depan Ananda. Ananda cuma diem aja. Ananda lihat Farhan terus saja ngemil sambil mainin PS-nya.
Sambil main, Farhan bertanya. “Nanda, kemarin sekolah nggak?”
“Nggak,” jawab Ananda singkat.
“Kenapa nggak sekolah?” Tanya Farhan lagi.
“Nggak,” jawab Ananda lagi.
“Nanda, kok dari tadi ngomongnya, nggak-nggak melulu?”
Ananda tersenyum. Farhan masih asyik main PS. Ananda hanya nonton saja. Farhan pelit! Padahal Ananda juga bisa kok main PS. Di rumah juga Ananda punya. Bahkan Umi dan Abi juga sering ikut main kalau hari libur. Tapi PS-nya nggak ada berantemnya. Paling juga ada permainan-permainan saja. Kata Umi, kalau keseringan main PS yang ada berantemnya, nanti gedenya jadi galak sama orang. Kalau sudah galak, nanti nggak punya temen. Ternyata Umi bener. Farhan kan suka jail dan kadang-kadang galak sama temen-temen. Ternyata Farhan suka main PS yang ada berantemnya,lho..
“Farhan, kenapa nanya Nanda sekolah nggak?” Tanya Ananda.
“Iya, nggak kenapa-kenapa. Cuma mau tanya aja. Soalnya kan Farhan dua hari ini tidak masuk sekolah. Farhan ikut Mamah nemenin Papah di Rumah Sakit,” jawab Farhan.
Astagfirullah, jadi Farhan dua hari kemarin juga tidak sekolah. Padahal Ananda takut kalau kejadian kentut itu disebarin sama Farhan ke temen-temen sekolah. Kan malu.. Ikhwan Cilik. Ternyata benar apa kata Dika, Ipul, dan Ahmad. Di sekolah tak ada yang tau kalau Ananda kentut saat shalat. Terim kasih ya Allah. Ananda jadi semangat sekolah lagi. Hari senin lusa Ananda mau masuk sekolah. Ananda tidak takut lagi!

***

Ananda pulang dari rumahnya Farhan. Abi dan Umi bercerita kalau sakitnya Abi Farhan gara-gara banyak makan, dan jarang olahraga.
Tiba-tiba Umi punya ide. “Gimana kalau kita besok pagi olah raga bersama di taman komplek? Kan seger pagi-pagi. Supaya tidak kena penyakit kencing manis kayak Abinya Farhan,” kata Umi penuh semangat.
“Oke. Siapa takut!” jawab Abi.
“Nanda… gimana?” Tanya Umi.
“Masak kalah sama Abi.. Malu dong,” kata Abi meledek Ananda.
“Mau sih.. tapi Ananda males bangun pagi-paginya. Ngantuk, Abi,” jawab Ananda.
“Tapi Ananda mau kan? Ya sudah nanti sesampainya di rumah Ananda langsung tidur dan berdo’a sama Allah agar dibangunkan sebelum subuh,” kata Umi menyemangati Ananda.
“Kalau Nanda nggak bangun juga, gimana?” Tanya Ananda, ragu.
“Insya Allah bangun. Kalau nggak bangun, entar Umi atau Abi yang bangunin Ananda, ya..” jawab Umi.
“Hayoo.. Gimana?” Abi menengok ke arah Ananda sambil menyetir. “Sekalian shalat subuh di Masjid bareng Abi. Ananda belum pernah kan?” Tanya Abi lagi.
Oh, iya! Ikhwan cilik, ternyata benar kata Abi. Ananda sama sekali belum pernah shalat berjamaah subuh di masjid. Selama ini kan Ananda bangunnya siang melulu. Meski udah disuruh bangun sama Umi.
“Mau, Bi. Ananda mau! Sekalian shalat subuh ya,” jawab Ananda.
Abi tersenyum dan mengangguk-angguk. Sementara Umi segera memeluk Ananda dan menciumi pipi Ananda. “Nah gitu, dong. Itu baru namanya anak shalih dan pemberani!” kata Umi.
Sampailah Ananda di rumah. Setelah wudhu sama Umi, segera saja Ananda tidur dan berdo’a. “Ya Allah bangunin Ananda sebelum subuh, ya.. Soalnya Ananda mau shalat subuh di masjid dan setelah itu Ananda mau lari pagi sama Abi dan Umi. Supaya Ananda sehat. Amin.”

***

Saat itu sekitar pukul empat pagi. Aneh. Ananda sudah bangun, lho. Padahal biasanya Ananda bangun pukul setengah enam atau juga tepat pukul enam pagi. Allah benar-benar mengabulkan do’a Ananda.
Di masjid sudah terdengar suara orang membaca shalawat. Ananda takut kalau sudah adzan dan Ananda terlambat shalat berjamaah di masjid. Ananda langsung keluar kamar. Ananda berteriak memanggil-manggil Abi dan Umi. Tak lama Abi dan Umi keluar dari kamarnya. Umi sudah mengenakkan mukena, Abi sudah berpakaian rapih seperti hendak shalat.
“Abi! Umi! Ananda udah bangun! Udah subuh belum?” kata Ananda.
“Subahanallah! Nanda udah bisa bangun sendiri, yah.. Belum.. masih lima belasn menit lagi, sayang..” kata Umi yang langsung menciumi Ananda.
“Tuh kan Abi juga bilang apa. Pasti Ananda bisa bangun pagi..” kata Abi.
“Kok Umi udah pakai mukena..? Abi juga udah pakai piyama dan peci..?” Tanya Ananda sambil melihat pakaian Abi dan Umi.
“Belum, Sayang.. Abi sama Umi baru saja shalat tahajud,” jawab Umi.
Ikhwan cilik, akhirnya Ananda duduk di pangkuan Umi. Abi meneruskan baca al-Qur’an. Ya allah.. kok ngantuk lagi, ya? Rasanya enak dan hangat banget kalau tidur lagi di pangkuan Umi. Rasanya Ananda tidak sanggup kalau harus wudhu di kamar mandi. Wuih.. dingin. Tapi Umi terus saja membujuk agar Ananda segera wudhu, soalnya adzan Subuh sebentar lagi berkumandang.
“Ayo, Nanda.. wudhu sana.. mau Umi temenin?” Tanya Umi.
“He-eh..” Ananda mengangguk.
Ya Allah, Umi baik sekali. Saat wudhu Umi yang lebih dulu mencontohkan. Akhirnya Ananda pun pelan-pelan wudhu. Meski dingin, tapi Umi langsung membopong Ananda. Jadi hangat lagi, deh..
Abi tersenyum melihat Ananda kedinginan. Ia mengusap-usap kepala Ananda. Tangannya juga terasa hangat, lho. Pokoknya hilang semua rasa dingin sehabis wudhu tadi. Akhirnya, saat adzan Subuh berkumandang, Ananda dan Abi berangkat menuju masjid. Wiiihh.. semriwing… angin subuh kok beda, ya.. dingin tapi seger dihirup..

***

Ikhwan cilik, Ananda dan Abi sampai di masjid. Ananda sudah siap shalat Subuh. Shalat Subuh sepi sekali. Cuma ada satu baris orang dewasa saja. Mungkin orang-orang pada belum bangun, lalu shalat di rumah masing-masing. Kasihan mereka. Seharusnya ada yang ngebangunin, ya.. Farhan, Dika, Ipul, dan Ahmad nggak ada saat itu. Mereka pasti masih tidur. Soalnya, Ananda juga perasaan kok masih ngantuk saja. Padahal udah cuci muka pakai air wudhu sama Umi.
Ya sudahlah, Ananda pun masuk barisan shalat. Seperti biasa, Ananda berada di samping kanan Abi. Ikhwan kecil, Ananda kesel lho sama Imam shalat. Soalnya bacaan surat Al-Qur’annya panjang banget. Jadinya Ananda juga berdiri lama. Saking lamanya, Ananda jadi merem-melek. Ananda ngantuk. Kaki Ananda diinjak-injakkan ke tanah supaya tidak pegal. Hingga akhirnya Ananda ikut ruku’ di rakaat pertama. Seneng rasanya bisa duduk setelah sujud.
Setelah sujud lagi yang kedua, tiba-tiba Ananda tidak ingat apa-apa lagi. Ternyata, kata Abi, Ananda tertidur saat sujud. Saat itu, Ananda cuma ingat kalau Ananda baru saja pulang main sepeda bareng temen-temen. Saking hausnya Ananda minum. Lalu Ananda pipis di toilet rumah Ananda. Pipisnya lama bangeeeeeett.. Air pipisnya juga terasa banyak. Tapi tiba-tiba Ananda merasa aneh dengan celana Ananda. Rasanya kok anget tapi basah.
Astagfirullah, ternyata Ananda pipis di masjid. Saat Ananda melek, Abi sudah membopong Ananda keluar. Ananda juga melihat beberapa jamaah tersenyum melihat Ananda sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Terus Ananda juga lihat karpet permadani masjid tempat Ananda shalat digulung. Mungkin supaya air pipisnya Ananda tidak melebar kali, ya.. Ih, malunya..
Tiba-tiba terdengar suara Ahmad. “Hiiihhh.. Nanda kok pipis di masjid. Itu nggak boleh. Entar dihukum Allah, lho..” katanya.
Ternyata Ahmad ada di barisan belakang. Abinya telat datang berjamaah. Yah, jadi ketahuan lagi deh. Ananda pun menangis. Hingga Abi sampai di rumah. Abi tersenyum sambil menghibur Ananda supaya tidak menangis. Umi langsung membuka baju dan celana Ananda lalu disiramnya bagian tubuh Ananda yang kena air pipis. Sementara Abi, balik lagi ke masjid. Abi berkata pada Umi, Abi mau membersihkan bekas Ananda pipis di masjid. Kasihan Abi dan Umi. Jadi repot gara-gara Ananda.
Tak lama Abi sudah datang. Ananda pun sudah tidak menangis lagi. Abi mengajak Ananda siap-siap berangkat olahraga di taman komplek. Kata Abi, ini hari Minggu. Pasti di taman ramai, banyak orang-orang yang berolahraga. Tapi Ananda menolak ikut olahraga. Takut ketemu Ahmad. Ananda juga tiba-tiba hari itu jadi males sekolah lagi. Ananda hanya mau dipelukan Umi saja.
Akhirnya, semuanya tidak jadi olah raga, deh..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar